Logo Masjid Al Mukhlishin UMJ
Masjid Ramah, Jamaah Berkah
image

Berikut artikel mendalam mengenai perbedaan waktu sholat Isyraq dan sholat Dhuha menurut Imam Al-Ghazali, lengkap dengan latar belakang fiqih, pendapat ulama lain, serta integrasi konteks modern:


Perbedaan Waktu Sholat Isyraq dan Sholat Dhuha Menurut Imam Al-Ghazali

🕌 Pendahuluan

Dalam khazanah ibadah sunnah Islam, sholat Isyraq dan sholat Dhuha menempati posisi yang sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang ingin memperbanyak amalan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, sering muncul pertanyaan: apakah sholat Isyraq dan Dhuha itu sama, ataukah dua amalan yang berbeda? Imam Abu Hamid Al-Ghazali dalam karya monumentalnya Ihya’ Ulumuddin menjelaskan secara rinci perbedaan waktu dan nilai keduanya.


📌 Definisi Sholat Isyraq dan Dhuha

1. Sholat Isyraq

Sholat Isyraq berasal dari kata Isyraq yang berarti “terbitnya matahari”. Sholat ini adalah sholat sunnah dua rakaat yang dikerjakan setelah matahari terbit dan naik setinggi satu tombak (kurang lebih 15–20 menit setelah terbitnya matahari).

2. Sholat Dhuha

Sholat Dhuha adalah sholat sunnah yang dilakukan ketika matahari sudah agak tinggi, biasanya sekitar 20–30 menit setelah waktu Isyraq, hingga menjelang masuknya waktu Zhuhur. Jumlah rakaatnya fleksibel: 2, 4, 6, atau 8 rakaat — semuanya dua rakaat salam.


🕰 Perbedaan Waktu Menurut Imam Al-Ghazali

Dalam Ihya’ Ulumuddin, Imam Al-Ghazali mengklasifikasikan waktu Dhuha ke dalam tiga tingkatan:

1. Tingkatan Pertama: Isyraq (awal Dhuha)

  • Waktu: ±15–20 menit setelah matahari terbit

  • Rakaat: 2 rakaat

  • Keutamaan: Disebut sebagai sholat Isyraq

  • Dihubungkan dengan hadits Nabi SAW:

    “Barangsiapa yang sholat Subuh berjamaah, lalu ia duduk di tempat sholatnya berdzikir hingga matahari terbit, lalu ia sholat dua rakaat, maka ia mendapat pahala haji dan umrah sempurna.”
    (HR. Tirmidzi)

Imam Al-Ghazali menempatkan Isyraq sebagai bagian dari sholat Dhuha, tetapi di permulaan waktunya dan dengan keutamaan tersendiri.

2. Tingkatan Kedua: Waktu Pertengahan Dhuha

  • Waktu: Setelah Isyraq hingga tengah waktu Dhuha

  • Sholat: 2–4 rakaat atau lebih

  • Cocok bagi mereka yang tidak sempat melakukannya di awal

3. Tingkatan Ketiga: Awwalun-Nahar (Waktu Paling Utama)

  • Waktu: Menjelang waktu zawal (matahari condong ke barat, sebelum Dzuhur)

  • Menurut Al-Ghazali, ini adalah waktu yang paling utama untuk sholat Dhuha karena saat itu kondisi tubuh sudah lebih siap secara lahir dan batin, serta lebih fokus dalam beribadah.


🧠 Apakah Keduanya Sholat yang Berbeda?

Imam Al-Ghazali menyiratkan bahwa:

  • Isyraq adalah bagian dari Dhuha, tetapi dilaksanakan di waktu yang paling awal.

  • Maka, boleh dianggap sebagai sholat tersendiri (jika diniatkan demikian), namun juga bisa dianggap sebagai bagian dari sholat Dhuha (jika diniatkan untuk itu).

📌 Kesimpulan beliau bersifat integratif, bukan memisahkan keduanya secara mutlak.


🧾 Pendapat Ulama Lain

Beberapa ulama membedakan secara jelas:

  • Syekh Ibn ‘Utsaimin: Isyraq dan Dhuha adalah sholat yang sama, hanya berbeda waktunya.

  • Ulama Syafi’iyah: Menyatakan keduanya sholat berbeda dengan niat dan keutamaan berbeda.


🧭 Praktik Modern

Bagi muslim modern dengan kesibukan tinggi, pembagian waktu ini bisa menjadi panduan:

  • Ingin keutamaan seperti haji dan umrah? Luangkan waktu setelah Subuh untuk dzikir dan Isyraq.

  • Sibuk pagi hari? Ambil waktu menjelang Dzuhur untuk Dhuha.

  • Ingin dua-duanya? Lakukan 2 rakaat setelah matahari terbit (Isyraq), dan lanjutkan dengan rakaat Dhuha di waktu utama.


✨ Penutup

Imam Al-Ghazali mengajarkan kita pentingnya menghayati waktu-waktu ibadah, bukan sekadar menjalankan formalitas. Dengan memahami perbedaan waktu Isyraq dan Dhuha, kita bisa menjadikan pagi sebagai ladang pahala, menyemai dzikir, syukur, dan keberkahan rezeki.

“Di pagi hari ada sedekah untuk seluruh persendian kalian, dan sholat Dhuha menggantikannya.”
(HR. Muslim)


Wallahu alam bish-shawab